Plesiran, Semacam Kaleidoskop

Sepanjang tahun 2013, saya diberi banyak sekali kesempatan untuk menjelajahi beberapa tempat di Indonesia dengan uang negara. Dan saya harus lebih bersyukur lagi karena setahun ini, saya berkesempatan pergi ke beberapa tempat dengan uang sendiri. DENGAN UANG PRIBADI. Jadi saya tidak perlu lagi ragu-ragu untuk memamerkan beberapa foto jalan-jalan saya tadi di postingan ini. Tidak perlu (terlalu) merasa bersalah. Walaupun sebenarnya tempat-tempat yang saya datangi tersebut tidak jauh-jauh amat dari jakarta, yang artinya saya tidak perlu merogoh kocek terlalu dalam. Namun, di sekitaran sini pun banyak tempat-tempat yang sayang untuk dilewatkan dalam list destinasi wisata. Yang memberi kita kesimpulan bahwa Indonesia ini memang indahnya Subhanallah, walaupun terdengar agak klise, semoga ini masuk dalam kategori ‘good news from indonesia‘.

Ada satu alasan, sebearnya, mengapa akhir-akhir ini saya kegandrungan untuk jalan-jalan hemat. Mungkin lain kali akan saya jelaskan. Tetapi alasan mengapa harus hemat ya karena budget saya memang seadanya.

Anak Krakatau

foto: Mas Adit

foto: andakindik Adventure

Setelah tahun lalu sudi membawa serta saya yang cupu ini naik gunung papandayan, bulan april tahun ini, Mas Adit mengajak saya join dengan rombongan travelingnya untuk menikmati asyiknya snorkeling sekaligus sedikit hiking di kawasan Anak Gunung Krakatau. hanya dalam dua hari satu malam saja, kita sudah bisa menikmati kedua jenis surga dunia tadi: pantai sekaligus panorama bawah laut, serta gunung lengkap dengan kawahnya yang sangat elegant (walaupun sebenarnya nggak nanjak nanjak amat).

Bromo!

Screen Shot 2014-12-23 at 8.37.44 PM

Kalau naik ke anak krakatau atau papandayan masih terlalu melelahkan, ada alternatif lain untuk menikmati gunung tanpa perlu berpeluh-peluh keringat. Jawabannya ada di Bromo. tinggal naik Jeep dari penginapan, turun dekat gunung bromonya, naik kuda beberapa puluh meter, dan tinggal mendaki anak tangga yang agak lumayan banyak. Tidak perlu membawa carier yang besar dan berat. Saya lho ke sana dalam rangka kondangan di malang bulan Mei lalu, dan hanya membawa baju beberapa lembar saja. Tapi saran saya, pakailah celana panjang, karena saya kapok pakai celana pendek subuh-subuh menunggu matahari nongol. kancilen.

Entikong

Fotoku ini

Sebenarnya bukan berarti tidak ada Tugas Kantor yang berkesan di tahun ini. Bukan-bukan, bukan ke raja ampat lagi kok. Tahun ini saya sedikit dibukakan matanya saat harus dinas ke Entikong. Yang menarik dari perjalanan saya ke sana adalah, bahwa saya harus berada di dalam mobil, selama sekitar 7-8 jam, malam hari, mengantuk, dan jalanannya benar-benar rusak parah. “Kita sebenarnya sedikit malu juga, Mas. Kalau di tetangga sebelah, perbatasan itu ibarat muka, kalau perbatasan kita sudah kaya’ pantat aja,” keluh salah satu pegawai Bea dan Cukai yang semacam menjemput kami di Pontianak. Saya langsung mak dhek, masih perlukah saya mengeluh?

Sikunir – Dieng

Screen Shot 2014-12-23 at 8.36.33 PM

Selain Bromo, jalan-jalan saya yang bermodus kondangan adalah melihat salah satu best sunrise di asia tenggara, yaitu dari bukit Sikunir, di dataran tinggi Dieng. Setelah sarapan dan mengambil mobil di rumah (Jogja), kondangan dan jajan dawet hitam (Purworejo), Saya, Kanta dan Edwin dengan semangat menuju Dieng, tentunya dengan bertanya arah beberapa kali di jalan. Saya sempat menertawai mereka yang sangat tidak prepare. Lha, masa mereka tidak membawa jaket sama sekali! Sampai akhirnya saya sadar kalau jaket saya tertinggal di rumah. Walaupun kami datang di musim yang tidak begitu tepat, tapi mengintip matahari bangun dengan malu-malu dari bukit ini tetap subhanallah.

Gunung Gede

Screen Shot 2014-12-23 at 8.35.57 PM

Bagus jumawa, lihat saja fotonya itu, bak menantang track panjang berliku menuju sang gunung Gede. Foto ini diambil beberapa saat sebelum kami benar-benar nanjak. Sebelum dia menahan pup berjam-jam. Sebelum kaki saya pegalnya tak karuan, dan ingin udahan padahal sudah di puncak. Sebelum titis menangis tanpa sebab yang jelas. Dan sebelum badai besar pas banget saat kita di puncak.

Jadi, sebagai persiapan untuk menakhulkan Rinjani di bulan Desember ini, Bagus ‘menjebak’ saya, titis, dan tulus untuk naik Gunung Gede di bulan Oktober lalu. Dan benar saja, badai di puncak membuat bagus kampok naik gunung. tak ada lagi mesra-mesraan dengan Rinjani di bulan Desember ini. bye

Baduy

Screen Shot 2014-12-23 at 8.35.33 PM

Seminggu setelah naik gunung Gede, saya berkunjung ke Baduy. tidur di rumah mereka yang sederhana, makan makanan alakadarnya, mandi di kali, lengkap dengan obrolan-obrolan yang sederhana pula. Perjalan ini benar benar mengajarkan saya tentang kesederhanaan. Jauh dari hingar bingar ibu kota.

Kali Biru – Jogja

Screen Shot 2014-12-23 at 8.34.22 PM

Tapi Sejauh-jauhnya kaki ini melangkah, sejauh apapun saya kabur menjauhi berbagai masalah, pada akhirnya saya akan menemui titik di mana saya ingin pulang. Ingin sekali pulang. Seperti kepulangan saya ke jogja di awal bulan Desember ini. Tanpa rencana matang jauh-jauh hari, tak ada persiapan, karena memang pulang tak perlu persiapan. Rumah memberimu apa saja. Termasuk …

4 thoughts on “Plesiran, Semacam Kaleidoskop

  1. jalan-jalan sama akunya kapan mas fondi? eva sudah setuju mengajak aku dalam rombongan! tinggal tunggu agenda nih mau kemana! chu!

Leave a reply to Niwa Cancel reply